PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUHAMMADIYAH

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUHAMMADIYAH

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUHAMMADIYAH

Penulis;

Dr.Muallimah, S.Pd.I.,M.Ag

Yusuf, S.Pd.I.,M.Pd.I

Arsam, S.Pd.I.,M.Ag

Jumlah halaman; 75

Ukuran Buku: A5 (14,8×21)

Versi Cetak: Tersedia

Versi E-Book: Tersedia

Berat; 0 Kg

Harga; Rp. 65.000

Maka gerakan Aisyiyah dimulai dari sekelompok anak atau perempuan berusia 15 tahun yang diberi pengajian secara rutin dan diajak memikirkan masalah-masalah sosial, khususnya masalah peningkatan harkat dan martabat perempuan. Setelah anak perempuan, kelompok kedua adalah mereka yang sudah menikah sehingga semakin memperluas gerakan Aisyiyah. K.H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa perempuan tidak boleh diabaikan melainkan harus mendapat perhatian khusus.

Sementara itu, masyarakat pada umumnya memandang perempuan mempunyai peran yang lebih kecil dibandingkan laki-laki. Perempuan dianggap tidak layak mempunyai peran yang sama dengan laki-laki. Pada akhirnya, perempuan dikucilkan dari masyarakat luas dan laki-laki mendominasi sektor ini. Hal ini tidak hanya menimbulkan ketidaktahuan dan keterbelakangan, tetapi juga menyebabkan keahlian atau keterampilan yang dimiliki hanya sebatas keterampilan sederhana seperti anak perempuan hanya pandai menggendong dan mengasuh anak, menjadi tolak ukur kualitas anak perempuan pada saat itu.

  1. Aisyiyah Dalam Lintasan Pergerakan Wanita Islam

Sejarah gerakan perempuan di Indonesia dalam berbagai kesempatan menampilkan proses rekonstruksi relasi gender. Dalam penulisan sejarah gerakan ‘Aisyiyah, penulis menggunakan konsep gender tidak hanya dalam konteks yang biasa digunakan masyarakat. Yakni, tidak fokus pada perbedaan dan pembagian kerja karena perempuan atau laki-laki. Namun penulis melihat gerakan ‘Aisyiyah melalui proses kesadaran gender yang berubah seiring berjalannya waktu. Gerakan perempuan muncul hampir bersamaan dengan gerakan Jain modern yang merupakan hasil pendidikan modern. Pada periode pertama pcrgcrnkun waaila lndonc:-:dia berlawanan dengan lwrsifot kcd11crnhrn1 da11 kcgiutun mereka belum terorganisir sc–:an1 nusiona:. Keluarga saya memiliki musuh dan aktivitasnya sendiri. Namun ada beberapa kepentingan penting, misalnya pendidikan perempuan dan ikut serta melawan penjajah

Risalah Wanita Progresif adalah sebuah manuskrip dokumen pandangan ideologi ‘Aisyiyah dan Persyarikatan Muhammadiyah tentang perempuan dalam berbagai aspek hidupnya. Naskah ini memperkaya dokumen pandangan ideologi organisasi saat ini telah memiliki pandangan tentang perempuan di perspektif Islam. Dokumentasikan pandangan ideologis tentang wanita yang dimaksud adalah: Pedoman Mencapai Hakikat Islam Maknanya, Keputusan Kongres Aisyiyah ke-26 tahun 1939, in  Yogyakarta. Adabul Mar’ah fil Islam, Keputusan Kongres Tarjih 17 Tahun 1972 di Wiradesa Pekalongan; Fiqih Wanita, Keputusan Musyawarah Nasional Tarjih ke-26 Tahun 2010 di Malang; Islam Kemajuan dan Gerakan Pencerahan, dalam Pernyataan Pemikiran Muhammadiyah Abad Kedua, Keputusan Kongres

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MUHAMMADIYAH

Dapatkan Bukunya sekarang Juga !

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
LinkedIn
Share on google
Google+

Copyright © 2021 Penerbit Azka Pustaka

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp
Share on linkedin
LinkedIn

Copyright © 2021 Penerbit Azka Pustaka