Penulis:
Dr. H. Rahmadi, M.Pd
Jumlah Halaman: 183
Ukuran Buku: A5 (14,5×21)
Versi Cetak: Tersedia
Versi Ebook: Tersedia
Berat: 0 Kg
Hrga: Rp. 75.000
Vloemans mengatakan bahwa pendidikan itu berarti “pemberian pengertian dan contoh”. Berdasarkan pemikiran tersebut teranglah bagi kita bahwa dalam masa prasejarah bangsa kita telah mengenal “pendidikan “. Pendidikan pada masa ini dipengaruhi oleh pola dan tingkat berfikir masyarakat yang masih sangat di dominasi atau tergantung kepada alam. Sehingga tidak heran kalau Joned dan Notosusanto (1990) berusaha menggambarkan betapa kentalnya pengaruh sistem kepercayaan dan sistem mata pencaharian terhadap pendidikan jaman itu.Adanya prioritas pendidikan bagi kaum priyayi atau menak dari pemerintah kolonial, menurut Dannys Lombard ( 1996) menjadi sangat jelas manakala kita melihatnya dari aspek sosial budaya, dimana kaum elit pribumi secara perlahan menjadi golongan pribumi yang memiliki etos budaya yang ingin semakin dekat dengan budayanya orang – orang Belanda. Dan ini dianggap sebagai potensi yang harus dimamfaatkan dalam memperkokoh sistem budaya pengabdian yang akan digunakan di dalam sistem kepegawaian kolonial . Dan pemerintah berhasil dalam hal ini, terbukti jika pada tahun 1870 ada 266 anak pribumi sekolah di sekolah Untuk anak Eropa, maka pada tahun 1900 menjadi 2000 orang ( Furnivall,1944).Ki Hajar Dewantara secara umum melihat ada tiga lingkungan pendidikan yang saling mempengarugi proses. Tiga lingkungan pendidikan tersebut dikenal dengan tripusat pendidikan yaitu : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat2 . Adapun ketiga lingkungan tersebut memiliki fungsi yang saling berkaitan namun sebagai lembaga fomallingkungan sekolah sangat penting dalam pembentukan akhlak peserta didik. Karena lingkungan sekolah berwenang menjalankan tugas dan fungsi negara dalam dunia pendidikan, maka pembentukan akhlak peserta didik menjadi tanggungjawab kepala sekolah, para guru, tata usaha dan komite sekolah dalam lingkup lingkungan sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah senantiasa bersifat terbuka, artinya sekolah tersebut selalu menerima masukan(input) dari lingkungan dan memberikan hasil berupa keluaran (output) juga pada lingkungan, Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada dilingkungan pendidikannya.Lingkungan pendidikan di Sekolah bukan hanya menjadi ajang transmisi dan transformasi pengetahuan tetapi harus mempu melahirkan kesadaran kolektif dan membentuk karakter peserta didik, perilaku perilaku terpuji, asih menurut Hasdin Ibrahim bahwa lingkungan sekolah yang baik, sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik dalam pembentukan akhlaknya tetapi juga sebaliknya jika tidak dikontrol dengan baik dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan pergaulan peserta didik, termasuk pembentukan kepribadian.